wmhg.org – JAKARTA. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat 7% hingga 16% masyarakat Indonesia masih rentan mengalami kelaparan. Hal ini perlu menjadi perhatian penting pemerintah agar menjaga stok pangan dalam negeri.
Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, Restuardy Daud menyampaikan, meski wilayah pertanian Indonesia cukup luas, namun produktivitas pertanian seperti menanam padi malah terjadi penurunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatat terjadi inflasi beras sebesar 0,94% pada Juli 2024. Menurunnya produktivitas padi tersebut yang akhirnya membuat pemerintah mencari sumber pasokan impor dari negara lain.
Akan tetapi, permasalahannya adalah India, Kamboja, dan Thailand yang selama ini menjadi importir beras ke Indonesia sudah menutup memberikan pangan mereka.
“Ini yang menjadi tantangan kepada kita untuk menjamin kecukupan pangan ini setidaknya sampai beberapa waktu kedepan,” tutur Restuardy dalam agenda Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Jawa, Rabu (14/8).
Menurutnya, pemerintah juga harus mencontoh Singapura yang justru luas lahan pertaniannya lebih sedikit dibandingkan Indonesia, tetapi ketahanan pangan negara tersebut di atas Indonesia, meski diperoleh dengan cara impor.
Ia menyebut, terdapat beberapa cara untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri. Misalnya dengan teknologi penggilingan padi yang bisa meningkatkan efisiensi, yakni mempercepat kualitas produksi gabah menjadi beras premium.
Selain itu, alih fungsi lahan yang masih cenderung terjadi dari waktu ke waktu juga masih menjadi PR (pekerjaan rumah) pemerintah untuk memperbaiki derajat ketahanan pangan secara nasional.
“Ini juga jadi bagian yang bisa menentukan langkah ketahanan pangan kita ke depan,” ungkapnya.