wmhg.org – JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa ketersediaan air merupakan kunci pembangunan di NTT, mengingat wilayah ini memiliki curah hujan yang lebih rendah dibandingkan daerah lain.
Dalam keterangan pers pada Minggu (1/9), Basuki menegaskan bahwa pembangunan bendungan harus diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi.
Hal ini penting agar bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat maksimal, memastikan airnya mengalir ke sawah-sawah milik petani.
Selain pemanfaatan layanan irigasi, bendungan juga diharapkan melayani kebutuhan air domestik masyarakat melalui pembangunan jaringan air baku dan IPA,” kata Basuki dalam keterangan pers, Minggu (1/9).
Bendungan Temef memiliki luas genangan sebesar 297,78 hektar dengan volume tampung mencapai 45,79 juta meter kubik.
Bendungan ini akan memberikan manfaat irigasi seluas 4.500 hektar di daerah irigasi (DI) Haekto dan DI Malaka. Selain itu, bendungan ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir, dengan kemampuan mengurangi banjir di Kabupaten Malaka sebesar 15%.
Bendungan ini juga akan menyediakan air baku dengan debit 131 liter per detik untuk melayani sekitar 28.000 kepala keluarga di Kecamatan Polen, Kecamatan Noemuti Timur, Kabupaten TTS, dan Kabupaten Malaka.
Pembangunan Bendungan Temef dilakukan dalam empat paket pekerjaan yang dimulai sejak tahun 2017 hingga 2024.
Paket I dikerjakan oleh konsorsium PT Waskita – Bangunnusa (KSO), Paket II dan III oleh PT Nindya – Bina Nusa Lestari (KSO), dan Paket IV oleh konsorsium Waskita – Bahagia-Guntur (KSO).
Total anggaran untuk pembangunan bendungan ini mencapai Rp 2,7 triliun. Saat ini, status Bendungan Temef telah selesai dan siap untuk diresmikan.