wmhg.org – JAKARTA. Indonesia berambisi menjadi negara maju pada 2045 mendatang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah bergabung dengan organisasi internasional yang prestisius.
Teranyar, Indonesia dikabarkan menjadi negara mitra BRICS, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Kazan, Rusia, yang berlangsung pada 23-24 Oktober 2024.
Untuk Diketahui BRICS merupakan, suatu forum kerja sama yang dibentuk Brazil, Rusia, India, RRT dan Afrika Selatan untuk membahas isu-isu global terkini. Selain Indonesia, terdapat 13 negara lain juga.
Disamping itu, saat ini Indonesia juga sedang melakukan aksesi untuk menjadi anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Saat ini OECD sudah beranggotakan 38 negara. Sebagian negara anggota memiliki ekonomi berpenghasilan tinggi.
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, dengan menjadi anggota BRICS atau OECD, Indonesia akan memiliki keuntungan masing-masing yang bisa dimiliki Indonesia.
Untuk BRICS, Indonesia punya peluang untuk memperdalam kinerja dagang dengan negara-negara yang saat ini telah menjadi partner utama Indonesia seperti China. Disamping itu, Indonesia juga mempunyai peluang untuk mengakses pasar emerging market yang pertumbuhannya menarik dalam hal ini misalnya Rusia ataupun Brazil.
“Terlebih kalau kita bicara konteks ekspor dari Indonesia dengan kedua negara tersebut secara share relatif masih kecil. Sehingga dengan asumsi Indonesia bisa bergabung dengan BRICS maka peluang untuk meningkatkan akses perdagangan juga tentu akan mengikuti,” tutur Yusuf kepada Kontan, Kamis (24/10).
Sementara itu, apabila berhasil menjadi anggota OECD, Indonesia berpeluang bisa mengakses pasar global terutama untuk negara-negara maju.
Adapun, beberapa negara anggota OECD merupakan negara-negara yang terkategorisasi sebagai negara maju. Yusuf menilai, apabila Indonesia masuk sebagai anggota, maka pasar ekspornya bisa meluas dan masuk ke negara-negara OECD.
“Hal ini tentu akan membuka peluang Indonesia untuk memanfaatkan pasar global yang lebih luas,” ungkapnya.
Disamping itu, negara-negara maju mempunyai standar produk yang relatif tinggi, dan apabila standar tersebut telah terpenuhi maka produk-produk Indonesia bisa dijadikan sebagai portofolio untuk mengakses pasar global yang lebih besar.
“Meskipun kita harus akui untuk mencapai standar itu tidak mudah, namun ini akan membuka peluang peningkatan kinerja ekspor dan jangka panjang,” tandasnya.