wmhg.org – JAKARTA. Investor asing rupanya doyan memburu instrumen moneter Bank Indonesia (BI) berupa Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Catatan BI, nonresiden atau kepemilikan asing pada SRBI mencapai Rp 254,57 triliun atau 27,23% dari total outstanding hingga 14 Oktober 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan implementasi Primary Dealer (PD) yang dilakukan sejak Mei 2024 semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.
“Sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (16/10).
Ke depan, Perry menyebut, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market, baik dari sisi volume maupun sisi daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
Disamping itu, instrumen moneter pro-market, yaitu SRBI, Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) terus dioptimalkan untuk mendukung penguatan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.
Kebijakan tersebut lanjutnya, dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan pasar valas serta mendorong aliran masuk modal asing ke dalam negeri.
Hingga 14 Oktober 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp 934,87 triliun, US$ 3,38 miliar, dan US$ 424 juta.
Tonton: BI Tegaskan SRBI akan Dipertahankan dalam Jangka Panjang