wmhg.org – JAKARTA. Peranan industrialisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dalam upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional dalam jangka menengah Panjang.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Rachmat Pambudy mengakui, memang saat ini Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi, yang mana terjadi proses penurunan kontribusi sektor industri manufaktur terhadap perekonomian suatu negara atau wilayah.
Akan tetapi, peranan sektor ini ke produk domestik bruto (PDB) sudah mengalami peningkatan.
“Catatan dari Kementerian Perindustrian, PDB dari sektor industri (pengolahan) sudah meningkat dari 17% menjadi 19,13% (kuartal IV 2024), dan kalau bisa naik di atas 20% kita sudah akan mengalami reindustrialsiasi,” tutur Rachmat dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/3).
Rachmat menyebut, agar sektor industri meningkat, hilirisasi industri perlu dikembangkan. Misalnya hilirisasi rumput laut, garam, hingga padi.
“Hirilisasi yang sederhana saja, maka bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kita menjadi berkualitas. Ini tugas kita bersama,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani membeberkan, dengan hilirisasi industri, maka penciptaan lapangan kerja akan semakin banyak.
Akan tetapi, saat ini serapan tenaga kerja belum begitu banyak lantaran proyek hilirisasi belum dilanjutkan ke industrialisasi.
“Hilirisasi yang kita lakukan belum mencapai industrialisasi. Di nikel sebenarnya sudah cukup baik, meski belum secara tuntas kita lakukan. Misalnya di nikel bisa jadi stainless steel bisa jadi EV battery,” tutur Rosan dalam konferensi pers, Jumat (31/1).
Rosan meyakini, apabila hilirisasi ini sudah berjalan ke industrialisasi, penyerapan tenaga kerja akan meningkat, karena kontribusi investasi di sektor tersebut mencapai 23,8% dari total investasi yang masuk.
Sejalan dengan itu, Ia membeberkan, untuk menciptakan lapangan kerja baru, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan harus mumpuni dan ditingkatkan. Misalnya dari segi kebutuhan skill yang dibutuhkan perusahaan.
“Selain itu penguasaan dari skill dari para pekerja harus ditingkatkan, karena ketika ada teknologi baru maka harus ditingkatkan juga skill-nya. Program dari pendidikan vokasi sangat penting juga untuk menarik investasi yang masuk,” ungkapnya.