wmhg.org – JAKARTA. Risiko pelebaran defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada akhir tahun 2024 ini, membuat laju utang luar negeri (ULN) Indonesia juga meningkat, khususnya, yang pemerintah tarik.
Pasalnya, ada risiko biaya pinjaman naik dan menambah beban anggaran.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi ULN pada akhir kuartal III 2024 lalu mencapai US$ 427,8 miliar.
Angka ini tumbuh 8,3% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 lalu.
Posisi ULN triwulan III-2024 dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah, kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi, Jumat (15/11).
Kenaikan ULN tersebut, terutama disebabkan oleh kenaikan ULN pemerintah sebesar 8,4% year on year (yoy) menjadi US$ 204,1 miliar. Padahal, pada kuartal II-2024, ULN pemerintah turun tipis sebesar 0,8% yoy.
Menilik data BI, ULN pemerintah secara konsisten mengalami lonjakan sejak Juli hingga September 2024.
Pada Juli, posisi ULN pemerintah tercatat US$ 194,27 miliar, naik dari bulan sebelumnya sebesar US$ 190,99 miliar.
Kenaikan ULN pemerintah berlanjut ke Agustus menjadi US$ 200,42 miliar dan September jadi US$ 204,14 miliar.
Menurut BI, ULN pemerintah dipengaruhi penarikan pinjaman luar negeri dan peningkatan aliran masuk modal asing pada surat berharga negara (SBN) domestik.
Sementara posisi ULN swasta tercatat sebesar US$ 196,0 miliar atau terkontraksi 0,6% yoy.
Secara bulanan, ULN swasta periode tersebut juga turun dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 197,97 miliar.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, kenaikan ULN akhir September disebabkan oleh kebijakan defisit fiskal yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Ia memperkirakan, laju ULN bisa naik di akhir tahun ini sejalan kebutuhan pembiayaan tersebut.
Meski begitu, Ada peningkatan ekspektasi yield US Treasury karena terpilihnya Donald Trump yang akhirnya akan meningkatkan biaya pinjaman luar negeri, sebut David kepada KONTAN.
Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto juga mewanti-wanti dampak pelemahan rupiah terhadap ULN.
Rupiah melemah ditambah yield obligasi global naik, otomatis biaya utang jadi lebih mahal, baik eksisting maupun yang ditarik ke depan, terangnya.