wmhg.org – JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI-Rate) pada level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur, Rabu (19/2).
Dalam laporan Seri Analisis Makroekonomi yang dirilis LPEM FEB UI, berbagai faktor eksternal dan domestik menjadi pertimbangan utama dalam keputusan ini.
Faktor Eksternal: Kebijakan Trump dan Ketidakpastian Global
Pasca pelantikan Presiden AS Donald Trump pada 20 Januari 2025, kebijakan ekonomi AS mengalami perubahan signifikan, termasuk:
- Pengetatan arus migrasi, yang berpotensi memperketat pasar tenaga kerja AS.
- Pemotongan pajak korporasi, yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
- Kenaikan tarif impor, yang menambah ketidakpastian ekonomi global.
Kombinasi kebijakan ini memengaruhi arus modal asing di Indonesia dan nilai tukar rupiah, yang dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan volatilitas tinggi.
Selain itu, kebijakan moneter The Fed yang lebih moderat dalam pemangkasan suku bunga turut menjadi perhatian investor.
Faktor Domestik: Inflasi dan Momentum Ramadan
Dari sisi domestik, inflasi umum Januari 2025 tercatat 0,76% (YoY)—terendah sejak tahun 2000 dan berada di bawah target BI.
Salah satu faktor utama adalah diskon tarif listrik hingga 50% bagi rumah tangga tertentu.
Namun, tekanan inflasi diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan ke depan karena:
- Momentum Ramadan dan Idul Fitri – permintaan yang meningkat biasanya akan mendorong harga lebih tinggi.
- Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk Maret 2025 tercatat 179,0, naik dari 160,2 di bulan sebelumnya, menunjukkan ekspektasi kenaikan harga.
Mempertimbangkan berbagai aspek dan kondisi rupiah yang masih fluktuatif, kami berpandangan bahwa Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuannya di 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur Februari ini, tulis LPEM FEB UI dalam laporannya.
Senada, menurut jajak pendapat Reuters, BI juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga guna mendukung nilai tukar rupiah yang masih lemah.
Dengan inflasi yang masih terkendali namun potensi volatilitas di pasar global yang meningkat, BI diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam menentukan kebijakan moneter ke depan.