wmhg.org – JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa kualitas udara di tiap-tiap daerah berbeda. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor pemicu baik buruknya kualitas udara.
Kepala Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG, Taryono menjelaskan, kualitas udara dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain cuaca dan iklim, konsentrasi Particular Matter (PM 2,5) hingga kebakaran lahan.
“Sumatera sama Kalimantan ini nilainya akan cenderung meningkat PM 2,5-nya, apalagi saat berbarengan dengan kondisi kebakaran hutan,” ujarnya di Kantor BMKG, Jakarta, Senin (14/10).
Taryono mengungkapkan, khusus wilayah Jakarta banyak faktor yang mempengaruhi kualitas udara, misalnya dari kendaraan bermotor, aktivitas pabrik di sekitar wilayah Jakarta yang terbawa angin.
“Kalau Jakarta (kualitas udara) tinggi belum tentu hanya karena faktor lokalnya, tapi bisa juga dipengaruhi oleh faktor di sekitaran Jakarta. Tinggal kita lihat faktor anginnya menuju kemana,” ungkapnya.
Sepanjang bulan Agustus hingga saat ini, kata Taryono, rata-rata harian kualitas udara di Jakarta terpantau tidak sehat. Adapun kualitas udara dikatakan tidak sehat menurut BMKG berada di rentang 55,5 sampai 150 micrograms per cubic meter (µg/m3).
Menurut Taryono, curah hujan sangat mempengaruhi kualitas udara, sebab curah hujan yang tinggi bakal menyebabkan konsentrasi PM 2,5 menurun.
Lebih lanjut, Taryono menambahkan, saat ini BMKG memiliki 27 alat untuk memonitor kualitas udara di berbagai wilayah di Tanah Air. Menurutnya, alat ini berbeda dari alat ukur yang dimiliki pihak swasta yang hanya mengandalkan sensor.
“Masyarakat lebih baik biasakan melihat info (kualitas) dari pemerintah punya BMKG, KLHK atau DLH ketimbang punya swasta. (Alat BMKG) tidak boleh terhalang oleh pohon, harus dipasang diketinggian sekian, itu kita ada aturannya,” tandasnya.