wmhg.org – JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka suara terkait Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang disebut jadi sentimen negatif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Erick mengakui, memang memerlukan waktu untuk mengembalikan kepercayaan pasar. Walau begitu, pihaknya meyakini Danantara nantinya bisa kembali mendongkrak kinerja IHSG.
Danantara bisa jadi sentimen positif buat IHSG, tapi perlu waktu. Kita tidak bisa melawan persepsi hari ini seakan-akan tadi mem-bencmarking Danantara dengan sovereign wealth yang nggak bagus, kata Erick usai meninjau Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (1/3).
Erick yang juga menjabat sebagai Dewas Danantara mewajarkan ada kekecewaan dan kekhawatiran publik terhadap nasib Danantara seperti 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Di mana, 1MDB menjadi ladang korupsi.
Namun, Erick tegaskan sudah banyak contoh negara yang memiliki sovereign wealth fund (SWF) dan berhasil memperkokoh perekonomian mereka, seperti Public Investment Fund di Arab Saudi dan Qatar Investment Authority di Qatar dan Abu Dhabi Investment Authority di Dubai.
Masa kita bikin sovereign wealth fund yang segede ini, yang nomor 7 atau nomor 8, benchmarking-nya yang tidak bagus, ya, berarti ya sama saja set-back. Kami akan kasih lihat yang bagus,” tegas Erick.
Lebih lanjut, Erick menilai penurunan IHSG saat ini perlu dilihat dengan spektrum yang lebih luas.
Erick bilang, bahwa penurunan harga saham saat ini juga tidak terlepas dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Doland Trump. Sebab, Trump berstrategi agar Amerika tetap menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia tanpa disusul Cina.
Presiden Donald Trump sedang mengambil kebijakan-kebijakan yang ekonomi yang sangat bullish untuk Amerika,” ujarnya.
Seperti diketahui, IHSG ambles 214,85 poin atau 3,31% ke 6.270,59 pada Jumat (28/2). Selama sepekan, IHSG pun sudah longsor 7,83%.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan pelemahan IHSG didorong aksi jual asing yang mencapai Rp 10,2 triliun di seluruh perdagangan.
Saham perbankan paling banyak dilepas asing dalam sepekan, seperti: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 2,1 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp1,8 triliun dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp1,1 triliun.
Audi menyampaikan pelemahan IHSG dalam sepekan disebabkan oleh beberapa sentimen. Pertama, tekanan jual asing yang masih deras, khususnya pasca diturunkan rating MSCI Indonesia menjadi underweight dan bobotnya.
Kedua, ketidakpastian ekonomi global. Hal ini seiring dengan kebijakan tarif Trump yang masih memberikan sentimen negatif dan potensi terdorongnya inflasi kembali
Ketiga, kinerja emiten yang cenderung melambat, kata Audi kepada Kontan
Keempat, depresiasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tercatat per Jumat (28/2) nilai rupiah menyentuh level Rp 16.596 dan menggambarkan ketidakstabilan dalam negeri.