wmhg.org-JAKARTA Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat masih lemah ke level 49,2 atau berada pada level kontraksi pada Oktober 2024.
Angka ini tidak mengalami perubahan dibandingkan September 2024 yang juga berada di angka 49,2.
Dengan begitu, PMI Manufaktur Indonesia masih terjebak di zona merah atau mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut.
Economics Director S&P Global Market Intelligence, Paul Smith mengatakan bahwa manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan pada Oktober 2024. Ini disebabkan oleh penurunan pada produksi, permintaan baru dan juga ketenagakerjaan sejak September 2024.
Panelis sering mencatat bahwa aktivitas pasar kurang bergairah, yang dalam beberapa kasus berkaitan dengan ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak, ujar Paul dalam keterangan resminya, Jumat (1/11).
Output dan pesanan baru mengalami penurunan pada bulan Oktober, memperpanjang periode penurunan saat ini yang telah berlangsung setiap bulan selama empat bulan.
Penurunan permintaan pasar dicatat oleh panelis, dengan kemampuan membeli di antara klien dilaporkan semakin turun. Hal ini biasa terjadi di pasar domestik maupun internasional, dengan ketidakpastian geopolitik menyebabkan penurunan delapan bulan berturut-turut (meski marginal) pada permintaan ekspor baru.
Kondisi bisnis yang lesu mendorong perusahaan mengurangi tingkat susunan staf di pabrik mereka rata-rata selama tiga kali dalam empat bulan terakhir. Meski ketenagakerjaan turun marginal, penumpukan pekerjaan turun selama lima bulan berturut-turut, dengan penurunan tercepat sejak bulan Januari 2021.
Perusahaan mampu menyelesaikan pekerjaan mereka, sementara juga menunjukkan bahwa inventaris barang jadi naik tidak sengaja karena permintaan pasar turun selama empat bulan berturut-turut.
Sementara itu, aktivitas pembelian terus turun, memperpanjang periode penurunan saat ini menjadi empat bulan. Penurunan terkini berkaitan dengan tren lemah pada permintaan baru dan produksi.
Dengan permintaan input menurun, kinerja rata-rata vendor membaik pertama kali sejak bulan Mei (meski marginal). Ada bukti bahwa ketersediaan stok di pemasok dan waktu penyelesaian pesanan yang lebih cepat selama bulan Oktober.
Paul menambahkan bahwa perusahaan berharap kondisi manufaktur Indonesia akan membaik pada tahun mendatang.
Dan berharap mendapatkan manfaat dari makroekonomi yang lebih stabil guna mendorong aktivitas bisnis pada bulan-bulan mendatang, imbuh Paul.