wmhg.org – JAKARTA. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menekankan pentingnya memperhatikan perilaku generasi muda, khususnya Generasi Z dan Milenial terkait gaya hidup hemat atau frugal living.
Fenomena yang bertujuan untuk menghemat pengeluaran ini menjadi fenomena yang populer di kalangan generasi muda saat ini.
Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Wilayah Jakarta dan Sekitarnya, ISEI Jakarta, Lana Soelistianingsih mengatakan meski frugal living terdengar positif dalam konteks ekonomi pribadi, namun ia mengingatkan bahwa hal tersebut dapat menimbulkan paradox of thrift.
Kalau secara ekonomi kalau kita berhemat itu ngak bagus buat ekonomi. Kenapa? Karena konsumsi rumah tangga kita jadi turun, ujar Lana dalam acara Jakarta Economic Forum: Outlook 2025, Selasa (10/12).
Kendati begitu, ia menilai dari sisi jangka menengah panjang, sebetulnya paradox of thrift ini akan berdampak positif terhadap perekonomian.
Karena ini menjadi sumber pembiayaan investasi ke depannya, walaupun dalam jangka pendek barangkali konsumsi rumah tangga akan melambat, katanya.
Lana juga mengamati adanya ketidaksesuaian antara gaya hidup hemat dengan kebiasaan konsumsi yang masih tinggi, terutama dalam hal pembelian barang-barang mewah seperti boneka Labubu atau tiket konser mahal seperti Blackpink.
Menurutnya, fenomena tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan psikologis seperti FOMO (fear of missing out), YOLO (you only live once), dan FOPO (fear of other people's opinion).
Dengan begitu, generasi muda merasa tertekan untuk mengikuti tren dan tampak sesuai dengan harapan komunitas sosial mereka, seperti di Instagram.
Hal ini menyebabkan mereka membeli barang-barang yang dianggap penting untuk pengakuan sosial, meskipun mereka menjalani gaya hidup yang seharusnya hemat.