wmhg.org – Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang diberlakukan mulai 2025 menjadi perhatian bagi berbagai sektor ekonomi, termasuk ritel. Meski dinilai sebagai tantangan besar, pelaku usaha tetap optimis bahwa daya beli masyarakat dapat dijaga dengan strategi yang tepat.
Wakil Ketua Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo), Fetty Kwartati, menyatakan bahwa pelaku usaha saat ini fokus menyelesaikan tantangan ekonomi secara bertahap.
Kita one at a time. Ini kita beresin dulu kuartal empat. Tentu nanti di kuartal satu tahun depan bisa buat program yang sama dengan tema berbeda. Tapi intinya untuk mendongkrak daya beli masyarakat yang betul-betul ada. Jadi ini kita kejar akhir tahun dulu, kata Fetty ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (16/12/2024).
Upaya mendongkrak daya beli masyarakat pada kuartal keempat 2024 itu dilakukan dengan mengadakan Bina Diskon di banyak mall yang tersebar di 24 provinsi. Mengenai pemberlakuan PPN 12 persen pada 2025, menjadi tantangan selanjutnya bagi pengusaha.
Fetty menjelaskan, pada kuartal pertama 2025 daya beli masyarakat kemungkinan akan relatif lebih stabil karena didukung momentum konsumsi pada perayaan Imlek, Ramadhan, dan Idulfitri.
Nanti di kuartal satu pasti ada challenge juga. Tapi kuartal satu itu kita terbantu dengan adanya Chinese New Year, ada Ramadhan, ada Lebaran. Itu masih terbantu konsumsi, tuturnya.
Strategi bertahap ini penting untuk menjaga kestabilan sektor ritel, terutama di tengah ancaman inflasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Meskipun kenaikan PPN bisa memengaruhi harga barang, pelaku usaha optimis bahwa program-program inovatif dapat menjadi solusi.
Nanti di kuartal dua kita harus berfikir lagi, harus ada program apa lagi, kata Fetty.
Dengan pendekatan ini, pelaku usaha berharap dapat terus beradaptasi terhadap kondisi ekonomi yang dinamis, sembari menjaga daya beli masyarakat sebagai penggerak utama perekonomian.