wmhg.org – Peringatan bencana gempa megathrust dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disebut tak boleh dianggap enteng.
Pakar Komunikasi Bencana Dr Hidayat menyampaikan, masyarakat perlu mengetahui risiko yang dihadapi akibat gempa tersebut.
Megathrust berpotensi memicu terjadinya tsunami dan dampaknya juga berpotensi sangat masif, baik dari aspek korban jiwa, ekonomi, sosial sampai dampak lainnya bagi negara kita jika lengah dan tidak siap, kata Hidayat dalam keterangannya, Rabu (14/8/2024).
Selain itu, gempa Megathrust juga cenderung berulang. Terlebih, ada dua megathrust di Indonesia yang sudah lama tak melepaskan energinya, yaitu Megathrust Selat Sunda dan (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9).
Lantaran itu, Hidayat menyarankan, pemerintah Indonesia bisa belajar dari Jepang yang selalu mempersiapkan ancaman gempa selanjutnya dengan meneliti sejarah-sejarah bencana purba di masa lalu dan berhasil membangun ketahanan terhadap bencana untuk masa depan.
Kita tidak perlu takut dan panik dengan peringatan gempa bumi, justru kita harus gotong royong membangun ketahanan mulai dari lingkungan keluarga sampai negara, ujarnya.
Dosen LSPR Institute itu menyarankan untuk memanfaatkan cerita rakyat, permainan tradisional, musik, berbagai jenis kesenian, kemajuan teknologi, kekuatan pemangku agama dan tokoh masyarakat, media massa, kerjasama NGO, dunia usaha, hingga akademisi untuk membantu berikan komunikasi risiko.
Upaya ini harus dilakukan untuk membangun ketangguhan terhadap bencana. Saya percaya membangun ketangguhan merupakan investasi bangsa yang tak ternilai dan besar manfaatnya, katanya.
Sebelumnya, peringatan dari BMKG tersebut dipicu terjadinya gempa bermagnitudo 7,1 yang memicu tsunami melanda Jepang pada Jumat (8/8/2024) lalu. Gempa yang terjadi pukul 14.42 itu diketahui berasal dari Megathrust Nankai yang mampu menyebabkan gempa besar.
Lantaran itu, BKMG memperingatkan masyarakat mengenai potensi gempa megathrust di wilayah Indonesia.