wmhg.org-JAKARTA Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tidak memungkiri bahwa masih ada beberapa KEK di Indonesia Timur yang masih sepi peminat.
Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Dewan Nasionak KEK, Rizal Edwin Manansang mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama yang menjadi kendalanya adalah aksesibilitas infratsruktur seperti transportasi yang terbatas.
Memang kebetulan kebanyakan di Indonesia Timur (KEK sepi peminat). Itu bermasalahnya juga karena transportasinya, ujar Edwin kepada awak media di Jakarta, Senin (9/12).
Ia memberi contoh seperti KEK Morotai yang hanya dilayani penerbangan sekali dalam seminggu. Menurutnya, hal tersebut menjadi hambatan besar bagi investor dalam merealisasikan investasi.
Selain masalah infrastruktur, Edwin juga menyoroti pentingnya dukungan dari pemerintah daerah (pemda) dalam mengembangkan KEK. Ia mencatat bahwa tingkat dukungan pemerintah daerah (pemda) bervariasi, yang juga memengaruhi daya tarik kawasan tersebut bagi para pelaku usaha.
Kaya misalnya ke Morotai, itu pesawat cuma seminggu sekali ada. Jadi masalah itu juga masalah dukungan pemerintah daerah. Kadang-kadang juga ada yang dukungannya kuat, ada yang gak terlalu kuat, katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku telah melaporkan beberapa proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang masih minim realisasi investasi.
Airlangga menyebut, ada beberapa proyek KEK dengan realisasi investasi yang masih minim, di antaranya KEK Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, KEK Morotai di Maluku Utara dan KEK Arun Lhokseumawe di Aceh.
Presiden sangat ingin melihat perkembangan masing-masing KEK dan menanyakan secara detail bagaimana perkembangannya, serta apa saja tantangannya, ujar Airlangga dalam acara Indonesia SEZ Business Forum 2024 di Jakarta, Senin (9/12).
Saya sudah laporkan bahwa ada beberapa KEK yang memiliki tantangan seperti KEK Tanjung Kelayang, Kek Morotai dan juga KEK di Aceh karena realisasi investasinya masih sangat terbatas, katanya.