wmhg.org – JAKARTA. Sektor manufaktur makin sulit menjadi andalan untuk mendorong produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mencatat kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini makin menyusut dan berada pada angka 18,67%. Angka itu terus turun setiap tahunnya.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, pada tahun 2002 kontribusi industri manufaktur terhadap PDB mencapai 32%. Namun setelah itu angkanya terus menyusut.
Maka kita tidak pernah lagi merasakan lagi dampaknya atau pentingnya industri manufaktur karena angkanya memang terus menurun saat ini 18,67%, ini tanda terjadinya deindustrialisasi dini, jelas Amalia dalam Seminar Nasional, Rabu (16/10).
Penurunan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB berdampak pada shifting tenaga kerja ke sektor tersier yang terlalu cepat. Perpindahan tenaga kerja dari sektor primer ke sekunder (industri pengolahan) melambat. Sementara mulai terjadi perpindahan tenaga kerja dari sektor sekunder ke sektor tersier. Â
Amalia mengatakan jika ingin meningkatkan kembali angka kontribusi industri manufaktur terhadap ekonomi Indonesia, maka pertumuhan di sekotr manufaktur harus lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indoneisa. Untuk mendorong hal itu salah satunya dengan industrialisasi secara terfokus.Â
Kalau misalnya kita punya pertumbuhan ekonomi 5%, supaya share-nya naik terhadap pertumbuhan ekonomi kita, maka sektor industri terus tumbuh di atas 5%. Kalau di bawah 5%, share-nya terus menurun, ujarnya.
Menurutnya hingga lima tahun ke depan Indonesia harus memiliki prioritas industrialisasi. Pertama, hilirisasi SDA unggulan terdiri dari agro yaitu sawit dan kelapa, tambang yaitu nikel, tembaga, bauksit, timah serta sumber daya laut yaitu rumput laut.
Kedua, industri padat karya yang terdiri dari makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil serta alas kaki. Ketiga, pengembangan industri dasar berupa kimia dan logam dasar.
Keempat, industri padat teknologi inovasi yang terdiri dari kosmetik dan farmasi, semikonduktor, mesih, KLBB dan dirgantara. Terakhir adalah jasa indsutri.Â
Mengapa kita harus menempuh hilirisasi? Karena kalau kita harus masuk langsung bersaing dengan industri yang sudah settle di pasar global, berat bagi kita, kata Amalia.Â