wmhg.org – Musyawarah Besar (Mubes) Alim Ulama NU menyerukan Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama. Ini sebagai sarana koreksi langkah PBNU hasil Muktamar Lampung.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima wmhg.org, seruan MLB NU ini merupakan satu dari delapan Amanah Bangkalan hasil Keputusan forum Mubes Alim Ulama NU yang diadakan di Ndalem Kasepuhan PP Al-Kholiliyah An-Nuroniyah Demangan Madura, Minggu (18/8/2024).
Hadir dalam forum tersebut para kiai dan pengasuh pondok pesantren di antaranya Pengasuh Ponpes Denanyar Jombang KH Abdussalam Shohieb, Pengasuh Ponpes Bima Cirebon KH Imam Jazuli, Pengasuh Ponpes Gasek Malang KH Marzuki Mustamar, Pengasuh Ponpes Al Falah Ploso KH Fahmi, dan Pengasuh Ponpes Mahadul Ilmi, Sarang, Rembang KH Imam Baehaqi. Selain itu hadir KH Muhaimin, KH Rosihin Roghibi, KH Sholahuddin Azmi, KH Dimyati, KH Nasirul Mahasin, KH Haidar Muhaimin, serta KH Aguk Irawan.
Juru Bicara Munas Alim Ulama NU KH Abdussalam Shohieb menjelaskan elit PBNU hasil Muktamar Lampung telah jauh membawa NU ke ranah politik praktis.
Fenomena ini tampak begitu nyata saat menjelang, saat, hingga setelah Pemilu 2024. Elit PBNU tidak malu-malu terlibat aksi dukung mendukung hingga menyediakan panggung bagi elit politik yang terlibat dalam kontestasi Pemilu 2024.
“Maanuver-manuver elit PBNU hasil Muktamar Lampung nyata-nyata merupakan pelanggaran berat terhadap qonun asasi, AD/ART, Perkum, serta etika dan moral berorganisasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (19/8/2024).
Gus Salam panggilan akrab KH Abdussalam Sohieb, mengatakan pasca-Pemilu 2024, manuver politik PBNU ini ternyata tidak berhenti.
Dengan dalih ingin membenahi PKB, elit PBNU disebut telah membuka front terbuka untuk menyerang PKB baik secara kelembagaan maupun personal.
Mereka pun mempertotonkan aksi-aksi kebulatan tekad hingga gelar pasukan untuk menunjukkan keseriusan dalam berkonflik dengan saudara mereka sendiri.
“Situasi ini membuat miris kami semua, betapa hanya untuk target-target politik segelintir orang mereka menggunakan tegas mempolitisasi PBNU untuk menyerang sesama Nahdliyin,” katanya.
Manuver politik elit PBNU, kata Gus Salam, sangat meresahkan Nahdliyin. Agresifitas elit PBNU juga merusak Marwah NU sebagai entitas keagamaan yang didirikan para ulama untuk menjadi pengayom bangsa.
“Dalam berbagai manuver elit PBNU lebih tampak sebagai makelar politik alih-alih sebagai alim ulama yang harusnya menjadi pengayom dan berdiri di atas semua kepentingan anak bangsa. Situasi ini tentu meresahkan dan membuat kebingungan di akar rumpur nahdliyin,” ucapnya.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, lanjut Gus Salam sejumlah kiai NU memutuskan untuk membentuk Presidium Penyelamat Organisasi NU (PPONU). Wadah ini sebagai sarana komunikasi sekaligus koordinasi untuk menyiapkan ajang Muktamar Luar Biasa NU.
“Tugas utama presidium melakukan koordinasi, konsolidasi, dan menyosialisasikan Amanah Bangkalan kepada para pengasuh pesantren, PWNU-PCNU se-Indonesia, PCINU se-dunia, badan otonom dan lembaga NU,” pungkasnya.