wmhg.org – JAKARTA. Memperingati Hari Guru Nasional 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan komitmennya untuk memperkuat pendidikan inklusif dan meningkatkan literasi numerasi di Indonesia.
Putra Asga Elevri, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbudristek, menyoroti pentingnya pengumpulan data yang akurat mengenai penyandang disabilitas dalam dunia pendidikan.
Data yang tepat, menurutnya, sangat diperlukan untuk membantu guru lebih memahami kebutuhan belajar siswa, khususnya yang mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis.
Dengan pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional dan lingkungan, kita dapat lebih memahami profil belajar siswa, terutama mereka yang mungkin mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis, katanya dalam talkshow di Jakarta, Selasa (3/12).
Kesadaran di sekolah mengenai isu ini juga harus ditingkatkan agar semua siswa, termasuk mereka dengan disabilitas, dapat belajar dengan lebih baik, ujar dia.
Acara ini juga meluncurkan buku Menjembatani Perbedaan: Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus sebagai Pilar Kesetaraan, yang merupakan hasil kolaborasi antara Putera Sampoerna Foundation (PSF), Direktorat Jenderal GTK Kemendikbudristek, dan Platform Merdeka Mengajar.
Baca Juga: 35 Twibbon Hari Guru Nasional 2024 untuk Jadi Foto Profil di Media Sosial
Buku ini bertujuan untuk membantu guru dalam menerapkan pendekatan inklusif di kelas.
Tasya Kamil, public figure yang turut hadir dalam acara tersebut, membagikan pengalaman pribadinya dalam belajar matematika dan bagaimana ia mengajarkan keterampilan numerasi pada anak-anaknya.
Tasya mengatakan, matematika menjadi lebih menyenangkan jika diajarkan dengan pendekatan yang mengutamakan logika dan pemikiran kritis. Ia berharap, dengan mengenalkan numerasi sejak dini, anak-anak tidak hanya memahami konsep matematika, tetapi juga mulai menyukainya.
PISA 2022 mencatatkan skor matematika siswa Indonesia di angka 366, jauh di bawah rata-rata OECD yang mencapai 472. Hal ini menunjukkan perlunya upaya lebih lanjut dalam meningkatkan literasi numerasi di kalangan siswa Indonesia.
PSF melalui program School Development Outreach (PSF-SDO) berupaya mengatasi tantangan ini dengan berbagai inovasi, termasuk pemanfaatan teknologi untuk membantu pengajaran matematika yang lebih menarik dan interaktif.
Inovasi seperti video tutorial, game edukasi, dan augmented reality (AR) dipercaya dapat membantu siswa memahami konsep matematika dengan cara yang lebih menyenangkan.
Baca Juga: Sejarah Singkat HUT PGRI yang Jadi Cikal Bakal Peringatan Hari Guru Nasional
PSF juga menjalankan beberapa program untuk mendukung pengembangan kompetensi guru, seperti Lighthouse School Program (LSP) dan Teachers Learning Centre (TLC).
Program-program ini dirancang untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan memperkenalkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi dan inklusi.
Salah satu metode yang diterapkan adalah Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL), yang telah terbukti meningkatkan keterampilan numerasi siswa hingga 7% dalam dua tahun terakhir.
Juliana, Head of Program Development and Guru Binar PSF, menjelaskan, platform Guru Binar yang memungkinkan guru belajar secara mandiri, juga berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi pengajaran mereka.
Kami berharap program-program ini dapat membantu guru menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sebut Juliana.
Kemendikbudristek mengapresiasi kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta seperti PSF dalam menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas, serta berharap upaya ini dapat terus berlanjut demi kemajuan pendidikan di Indonesia.