wmhg.org – Pembubaran diskusi diaspora Forum Tanah Air, dinilai Rocky Gerung, menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia belum memahami perbedaan pendapat. Meski kebebasan berbicara dibolehkan oleh Undang-Undang, namun dalam praktiknya, perbedaan argumen masih sering anggap sebagai suatu ancaman.
Sehingga, tak heran kalai diskusi diaspora yang banyak menghadirkan sejumlah aktivis pengkritik Presiden Joko Widodo itu kemudian ditindak secara kekerasan.
Ada ketidaksetraaan dalam argumentasi lalu muncul arogansi itu. Kerusuhan dalam membela keyakinan itu yang terjadi sebetulnya. Banyak hal yang harus kita terangkan kepada negara ini bahwa perselisihan politik atau perselihan persepsi terhadap satu hal harusnya diletakan dalam upaya menghormati pendapat orang lain, kata Rocky dikutip dari chanel YouTube Rocky Gerung Official, Minggu (29/9/2024).
Perselisihan atau perbedaan pendapat seharusnya dianggap sebagai hal yang wajar. Meskipun diakui Rocky Gerung bahwa di luaran juga masih banyak provokator yang menimbulkan kekerasan.
Tetapi pada dasarnya, perdebatan sengit dalam diskusi akibat bedanya pendapat sebenarnya telah terjadi bahkan sejak era Soekarno-Hatta beserta founding parent Indonesia lainnya.
Kita diajarkan bercakap-cakap dalam kondisi mempertemukan pikiran bukan dengan saling menghalangi atau hadang pikirkan. Jadi semua hal baik dari negeri ini, bahkan diperlihatkan oleh founding parent, kita bertengkar dalam kondisj untuk maksimalkan argumen, tuturnya.
Sebab sikap saling menghadang argumen itu pada akhirnya membuat orang lain kehilangan kesempatan untuk menyampaikan pikirannya. Walau demikian, disadari pula oleh Rocky kalau sejumlah preman yang datang membubarkan diskusi diaspora itu hanya suruhan orang-orang tertentu.
Terutama dia menyindir rezim pemerintah saat ini yang dia nilai gagal dalam mewujudkan kebebasan berpendapat untuk warganya.