wmhg.org – Sama-sama jadi aktivis dan merupakan anak jenderal, ternyata ada perbedaan pola asuh yang diterapkan kepada Iqbal Ramadhan dengan Faye Simanjuntak.
Nama Iqbal Ramadhan belum lama ini mencuat setelah mendapat kekerasan ketika mengikuti unjukrasa kawal Putusan MK di depan Gedung DPR RI.
Peristiwa itupun mengulik kembali latar belakang kehidupannya, dimana anak dari Machica Mochtar itu ternyata memiliki ayah seorang jenderal yakni Moerdiono yang sempat menjabat Mensesneg di era kepemimpinan Soeharto.
Seiring dengan mencuatnya sosok Iqbal yang kini dikenal sebagai aktivis kemudian memunculkan sosok anak jenderal lainnya yang juga terjun sebagai aktivis yakni Faye Simanjuntak.
Faye merupakan anak dari Kepala Staf Angkatan Darat Maruli Simanjuntak yang juga merupakan cucu dari Luhut Binsar Pandjaitan.
Dara yang memiliki lembaga sosial bernama Rumah Faye itu sejak belia banyak berkecimpung sebagai aktivis HAM terutama melawan prostitusi terhadap anak dan perlindungan perempuan.
Meski sama-sama terlahir sebagai aktivis, Iqbal Ramadhan dan Faye Simanjuntak dibesarkan dengan pola asuh yang berbeda.
Iqbal Ramadhan yang meski sejak kecil hidup bersama Machica Mochtar tetapi pola asuh yang diterapkan banyak terinspirasi dari sosok sang ayah yakni Jenderal Moerdiono.
Machica menyebut ia banyak mengikuti saran Moerdiono ketika membesarkan Iqbal.
Moerdiono selalu bilang anakmu didik dengan sederhana saja jangan kasih mewah-mewah. Didik dengan keras supaya jadi seorang laki-laki, terang Machica mengingat pesan sang suami seperti dilansir dari channel YouTube ntvnewsdotid, Kamis (5/9/2024).
Berkat tempaan tersebut, Iqbal pun tumbuh menjadi laki-laki yang tangguh.
Iqbal kini dikenal sebagai aktivis yang bernaung di LBH Jakarta.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Al Azhar tersebut kini juga berstatus telah bekerja sebagai adovokat. Ia bekerja sebagai Junior Associate di Budi & Partners Law.
Sementara itu, Faye Simanjuntak meski tumbuh dalam kondisi berkecukupan tetapi sejak kecil telah ditempa untuk hidup mandiri.
Pola asuh terhadap Faye Simanjuntak itu terutama diberikan oleh sang ibunda yakni Paulina Pandjaitan.
Dikutip dari Tempo, mantan manajer program di Rumah Faye yakni Carla Natan mengungkapkan Faye sejak kecil hidup di Amerika.
Dari usia 9 bulan hingga 3 tahun, Faye diasuh untuk menjadi anak yang mandiri.
Saya percaya Faye sudah memiliki bakat menolong sesama sejak ia masih sangat muda. Ia tinggal dengan saya di Amerika sejak usia 9 bulan hingga 3 tahun. Dengan tak memiliki bantuan domestik di rumah, Faye sangat mandiri untuk memenuhi keperluan sehari-hari, kata Uli sapaan akrab sang ibunda.
Lebih lanjut, Uli menyebut selalu memposisikan Faye sebagai partnernya bukan seorang anak.
Jadi saya memperlakukan Faye itu sebagai partner atau mitra bukan sebagai anak jadi dari kecil dia sudah berpikir untuk memutuskan sesuatu. Tentu dengan bantuan saya, tapi saya menggiring agar dia selalu berpikir untuk dirinya dan bukan kata mama, imbuhnya.
Berkat kepeduliannya perihal isu HAM terutama soal perdagangan anak dan perempuan, Faye beberapa kali mendapat penghargaan.
Diantaranya ia dinobatkan sebagai 50 Asians to Watch dalam kategori Social versi The Straits Times Singapura.
Lalu ia juga masuk daftar Forbes Indonesia 30 under 30 dalam kategori Social Entrepreneur & Philanthropy.
Selain itu ia juga menjadi salah satu anak muda yang memimpin di daftar Gen.T List 2020 untuk kategori Philanthropy & Charity.