wmhg.org – JAKARTA. Kementerian Keuangan terus berhati-hati dalam menambah utang baru, mengingat kondisi pasar keuangan global yang masih penuh ketidakpastian.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, pembiayaan terus dijaga secara hati-hati dan terukur dengan terus memperhatikan outlook dari defisit APBN dan likuiditas pemerintah.
“Pembiayaan terus dijaga secara hati-hati dan terukur dengan terus memperhatikan outlook dari defisit APBN dan likuiditas pemerintah, serta dinamika pasar keuangan yang terus meningkat dan kesenjangan antara biaya utang dengan risiko utang,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Jumat (24/1).
Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan, pihaknya akan terus mengoptimalkan pengelolaan dan peran APBN sebagai instrumen penting untuk melakukan stabilisasi, memperbaiki distribusi pemerataan dan meningkatkan efisiensi dari perekonomian.
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pembiayaan utang melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 642,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak 42,2% jika dibandingkan dengan outlook penerbitan SBN di tahun 2024 yang mencapai Rp 451,9 triliun.
Kemudian, pemerintah menetapkan alokasi pembiayaan pinjaman (neto) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 133,3 triliun. Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 31,6% dibandingkan outlook tahun 2024.
Sedangkan tahun ini, defisit ditargetkan sebesar 2,53% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau dalam nominal Rp 616,2 triliun.