wmhg.org – JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia diperkirakan kembali meningkat pada tahun depan, sejalan dengan tren penurunan suku bunga.
Untuk diketahui, cadangan devisa Indonesia pada September 2024 mencapai US$ 149,9 miliar, atau turun bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 150,2 miliar.
Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan, untuk Oktober 2024 cadangan devisa memang akan menurun kisaran US$ 143,2 miliar.
Hal ini karena adanya ketidakpastian ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, atau tidak seoptimis sebelumnya. Hal ini karena, tidak akan ada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dari The Fed pada Oktober, dan kembali mengadakan pertemuan pada November dan Desember.
Disamping itu, ketegangan konflik di Timur Tengah, utamanya Iran dan Israel yang kembali memanas juga turut mempengaruhi, sehingga nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif, dengan potensi mencapai level resistensi Rp 15.620 per dollar AS pada Oktober 2024 ini.
Meski begitu, untuk akhir tahun dengan tren suku bunga yang terus turun, baik itu dari The Fed maupun Bank Indonesia (BI), Ia melihat masih ada momentum baik untuk menurunkan suku bunga.
Selain itu, Myrdal memperkirakan tensi geopolitik Iran dan Israel, risikonya relatif terbatas secara global, dan hanya memberikan dampak sementara terhadap pasar keuangan.
Di akhir tahun 2024, cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan tinggi, atau mencapai US$ 153,8 miliar dengan asumsi nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.106 per dolar AS.
Tren menguatnya cadangan devisa ini juga diperkirakan masih berlanjut hingga tahun depan.
“Sementara untuk tahun depan dengan tren suku bunga global yang terus menurun juga, dan inflow juga akan terus hadir ke pasar keuangan Indonesia, serta ditopang juga dengan kondisi fundamental domestik kita yang solid, kita lihat tahun depan cadangan devisa kita juga naik ke US$ 159,1 miliar hingga US$ 159,1 miliar,” tutur Myrdal kepada Kontan, Senin (7/10).
Perkiraan cadangan devisa tersebut, dengan ekspektasi The Fed dan BI yang akan menurunkan suku bunga kembali masing-masing sebanyak 100% basis poin (bps).
Sejalan dengan itu, kondisi neraca perdagangan Indonesia juga diperkirakan masih akan mencatatkan surplus hingga tahun depan, salah satunya ditopang komoditas andalan yakni kelapa sawit, dan batu bara yang kondisinya tidak akan terlalu buruk pada tahun depan.
“Jadi ini yang kita harapkan masih tetap menopang neraca perdagangan kita, termasuk juga dari kontribusi hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah di sektor nikel,”’ ungkapnya.