wmhg.org – Ambisi Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) disamakan dengan kepemimpinan junta militer Myanmar yang pindahkan ibu kota dari Yangon ke Naypyidaw pada 2005 lalu.
Diketahui bahwa Ibu Kota Myanmar itu kini disebut seperti kota hantu karena sepi penduduk. Dikhawatirkan nasib yang sama akan terjadi pula dengan IKN.
Sosiolog Sulfikar Amir menyebut ambisi Jokowi membangun kota baru hanya dalam waktu 2-3 tahun menjadi tindakan yang gila seperti yang dilakukan oleh pemerintahan Myanmar pada masa itu.
Junta militer Myanmar itu membangun Kota Naypyidaw itu dalam waktu tiga tahun, kata Sulfikar, dikutip wmhg.org dari podcast bersama Bambang Widjojanto, Minggu (13/10/2024).
Melihat dari pengalaman berbagai negara yang juga pernah memindahkan ibu kota, Sulfikar mengatakan bahwa program tersebut tidak pernah selesai dalam waktu singkat. Selain itu, pembangunan kota selalu penuh resiko.
Selain resiko finansial negara yang paling nyata terjadi, tapi juga tidak pernah ada jaminan waktu selesainya pembangunan kota baru dalam suati negara.
Misalnya Washington DC itu butuh waktu 100 tahun untuk menjadi kota seperti kita lihat sekarang da itu prosesnya demokratis. Misalnya, yang dibangun pertama kali itu Capital Hill, tempat Gedung DPR baru. Kemudian ada White House, kemudian ada beberapa bangunan-bangunan federal yang lain, pelan-pelan tuh, tutur Sulfikar.
Pola yang sama juga dilakukan oleh Australia ketika memindahkan ibu kota dari Melbourne ke Canberra. Sulfikar mengatakan kalau proses persiapan Canbera menjadi ibu kota memakan waktu selama 30-40 tahun hingga resmi menjadi ibu kota pada 1927.