Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten perkapalan PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) mencatatkan peningkatan Laba Bersih sebesar 65% year on year (yoy) selama paruh pertama tahun 2024.
Melansir laporan keuangan terbaru, ELPI mencatatkan laba bersih sebesar Rp94,00 miliar per Juni 2024. Angka ini naik dibandingkan periode yang sama yang tercatat sebesar Rp56,84 miliar.
Kenaikan laba ditopang oleh peningkatan pendapatan sebesar 38% menjadi Rp585,28 miliar, sebelumnya, pendapatannya tercatat sebesar Rp425,17 miliar. Adapun beban perseroan ikut terkerek ke Rp456,79 miliar.
Secara segmentasi, kinerja perseroan didorong oleh Segmen Offshore yang membukukan pendapatan sebesar Rp341,51 miliar. Sedangkan, Segmen Non-Offshore berkontribusi sebesar Rp243,73 miliar.
Terkait target, Sekretaris Korporasi ELPI Wawan Heri Purnomo mengatakan, pihaknya akan melakukan optimalisasi penggunaan armada kapal yang baru selesai dibangun pada lini bisnis transshipment. Hal ini seiring dengan prediksi IEA (International Energy Agency) yang memproyeksikan pertumbuhan atas permintaan minyak global akan tetap stabil mencapai 1,2 juta barel per hari.
\”Hal tersebut diprediksi akan berpengaruh terhadap permintaan kapal OSV (Offshore Supply Vessel ) yang semakin meningkat termasuk untuk menunjang aktivitas lepas pantai baik dalam pengeboran maupun pemeliharaan produksi minyak dan gas, sehingga dapat juga mendukung untuk pembaharuan kontrak maupun mempersiapkan untuk kontrak baru,\” kata Wawan tertulis, dikutip Senin (29/7/2024).
Dari segi neraca, ELPI membukukan total aset sebesar Rp2,48 triliun atau tumbuh dibandingkan periode 31 Desember 2023 yang tercatat senilai Rp2,36 miliar.
Adapun ekuitas dan liabilitas ELPI masing-masing tercatat sebesar Rp1,92 triliun dan Rp553,42 miliar.
Sebelumnya, US Energy Information Administration (EIA) mengumumkan terkait kenaikan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global menjadi 1,1 juta barel per hari pada 2024. Perkiraan ini naik dari sebelumnya 900.000 barel per hari.
Dengan permintaan yang direvisi lebih tinggi untuk negara-negara Asia kecuali Jepang. OPEC juga mempertahankan prospek pertumbuhan permintaan minyak global yang solid pada tahun ini, didorong oleh ekspektasi peningkatan perjalanan dan pariwisata pada paruh kedua.
Di sisi lain, data industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 2,428 juta barel pada pekan lalu, melebihi ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan 1,75 juta barel. Sementara itu, data menunjukkan bahwa harga konsumen di Tiongkok naik lebih kecil dari perkiraan pada bulan Mei, dan deflasi produsen terus berlanjut.